PENGARUH ASBUTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PERKERASAN DAUR ULANG DENGAN PEREMAJA OLI BEKAS DAN SOLAR
Ludfi Djakfar1, Hendi Bowoputro1, Achmad Wicaksono1, Gagoek Soenar P.1
1Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono No. 167 Malang, 65145, Jawa Timur
Korespondensi : ldjakfar@brawijaya.ac.id
ABSTRAK
Teknologi perkerasan daur ulang dapat mengembalikan kekuatan perkerasan, mengurangi ketergantungan terhadap material baru, serta mengurangi limbah perkerasan yang dewasa ini kurang optimal pemanfaatannya. Pada metode pencampuran aspal dingin (coldmix), digunakan peremaja untuk melunakkan aspal yang terkandung dalam perkerasan daur ulang. Peremaja yang digunakan yaitu oli bekas dan solar dengan proporsi oli bekas : solar yaitu 0 : 100, 25 : 75, 50 : 50, 75 : 25, dan 100 : 0, dengan kadar peremaja yang dicampurkan 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% terhadap berat benda uji. Selain itu digunakan asbuton sebagai filler untuk mengisi rongga kosong dalam agregat perkerasan daur ulang. Kadar asbuton yang dicampurkan yaitu 3%, 6%, 9% dan 12% terhadap berat benda uji. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode regresi dan metode analisis ragam dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Berdasarkan hasil dari metode tersebut, semakin banyak asbuton yang dicampurkan maka nilai stabilitas semakin meningkat. Proporsi paling optimum yaitu 75 : 25 dengan kadar asbuton 12% dan peremaja 2,9%. Dari nilai stabilitas benda uji yang diperoleh, nilai stabilitas benda uji tidak memenuhi standar Laston, namun dapat dijadikan alternatif pengganti Latasir.
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan kepadatan lalu lintas yang terus meningkat, diperlukan infrastruktur jalan dan perencanaan lapis perkerasan yang baik. Jalan raya merupakan salah satu infrastruktur utama yang sangat penting dalam menunjang pergerakan manusia. Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan, rehabilitasi dan rekonstruksi jalan. Rehabilitasi jalan dengan menambah lapis perkerasan (overlay) dapat digunakan sebagai alternatif pembangunan. Namun, menambah lapis perkerasan secara terus-menerus akan berdampak pada tingginya elevasi jalan dan ketersediaan material yang dibutuhkan semakin menipis. Perlu adanya inovasi baru dalam mencari pembangunan alternatif. Salah satu alternatif yang bisa dipilih yaitu metode daur ulang (recycling). Penanganan
dengan metode daur ulang ini dapat menghemat bahan perkerasan jalan, energi, dan ekonomi.
Pemerintah Indonesia melalui PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) telah menyerukan tentang bahaya limbah bahan berbahaya dan beracun terhadap lingkungan. Salah satu limbah B3 yaitu oli bekas yang hingga saat ini masih minim pemanfaatannya
Solar merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang menghasilkan gas CO2 yang menghasilkan emisi gas berbahaya bagi lingkungan. Akan tetapi, bukan berarti dengan permasalahan tersebut pemanfaatan solar ditiadakan karena solar merupakan bahan olahan minyak bumi yang mempunyai kegunaan lain selain sebagai bahan bakar kendaraan.
Saat ini penggunaan asbuton di Indonesia belum optimal karena masih kalah bersaing dengan aspal minyak. Sehingga ketersediaan asbuton di Indonesia masih melimpah. Juga melimpahnya bahan perkerasan jalan yang dapat didaur ulang akan lebih bermanfaat dengan penambahan oli bekas dan solar sebagai bahan peremaja. Hal ini dikarenakan aspal yang mempunyai viskositas tinggi memerlukan bahan pelarut yang viskositasnya lebih rendah sehingga bahan peremaja dapat menyebar dengan merata pada agregat aspal daur ulang. Selain itu, untuk mengisi rongga yang kosong dalam aspal daur ulang dibutuhkan asbuton sebagai bahan pengganti agregat.
(Iqbal & Rizaldy, 2013) melakukan penelitian mengenai bahan peremaja oli bekas mobil sebagai bahan peremaja aspal. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyarankan penggunaan oli bekas pada aspal daur ulang sebaiknya ditambahkan dengan bahan lain yang lebih mampu melunakkan aspal agar agregat dapat terikat dengan baik. Hal ini yang menjadi dasar penelitian ini untuk mengamati pengaruh variasi bahan peremaja berupa campuran oli bekas dengan solar dan asbuton sebagai pengganti agregat untuk memperbaiki kualitas aspal daur ulang.
2. METODE PENELITIAN
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Iqbal & Rizaldy, 2013) diperoleh beberapa data sebagai berikut :
1. Stabilitas rata-rata 10 sampel 938 kg.
2. Kadar aspal rara-rata pengujian ekstraksi dari 2 sampel diperoleh 6,61% .
3. Analisis saringan yang diperoleh yaitu :
a. Tertahan saringan no. 3/4 : 0 gr (0% terhadap jumlah)
b. Tertahan saringan no. ½ :23,7gr (4,31% terhadap jumlah)
c. Tertahan saringan no. 3/8 : 65,4 gr (11,89% terhadap jumlah)
d. Tertahan saringan no. 4 : 107,4 gr (19,53% terhadap jumlah)
e. Lolos no. 4 : 353,4 gr (64,27% terhadap jumlah)
4. Berat jenis aspal rata-rata sebesar dari 2 sampel diperoleh 1,155.
5. Void In Mix (VIM) rata-rata dari 10 sampel diperoleh 2,11%.
6. Void In Mineral Agregate (VMA) rata-rata dari 10 sampel yaitu 13,79%.
7. Void Filled Bitument (VFB) rata-rata dari 10 sampel yaitu 84,84%.
Banyaknya benda uji yang dibuat dapat ditentukan dengan rumus pendekatan sebagai berikut (Suharto, 2004)
(r - 1) . (t - 1) ≈ 15
Dimana r merupakan replikasi atau perulangan dan t merupakan treatment atau perlakuan.
Dalam penelitian ini digunakan empat variasi kadar asbuton, tiga variasi kadar bahan peremaja, dan lima variasi proporsi kadar bahan peremaja. Sehingga jumlah treatment adalah 60, maka :
(r – 1) . (t – 1) ≈ 15
(r – 1) . (60 – 1 ) = 15
60 r – r – 60 + 1 = 15
59 r – 59 = 15
r= 15+5959
r = 1,25 ≈ 3 buah
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan benda uji minimal 3 buah. Proporsi oli bekas : solar yaitu 0 : 100, 25 :75, 50 : 50, 75 : 25, dan 0 : 100. Kadar asbuton yang dicampuran pada penelitian ini yaitu 3%, 6%, 9%, dan 12% dari berat benda uji. Kadar peremaja yang dicampurkan pada penelitian ini yaitu 2%, 4%, 6%, 8%, dan 10% dari berat benda uji.
Setelah memperoleh data-data yang diperlukan, maka dilanjutkan dengan analisa secara statistik yang bertujuanuntuk mengetahui bagaimana pengaruh proporsi oli bekas : solar, kadar peremaja dan kadar asbuton terhadap stabilitas campuran aspal daur ulang. Dalam analisis statistik ini, ada dua tahap analisis, yaitu tahap cek validitas data hasil penelitian kemudian dilanjutkan ke tahap metode analisis ragam digunakan rancangan acak lengkap dengan analisis faktorial 3 faktor. Selanjutnya dilakukan analisis dengan metode regresi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Antar Variabel
Analisa hubungan antar variabel ini menggunakan grafik tiga dimensi yang nantinya akan diperoleh hubungan antara nilai stabilitas, kadar asbuton, dan peremaja tiap proporsinya. Dalam grafik ini terdapat tiga sumbu X, Y, dan Z. Dimana X adalah kadar peremaja, Y adalah kadar asbuton, dan Z adalah nilai stabilitas tiap proporsinya. Berikut adalah gambar grafik tiga dimensi hubungan antara tiga variabel pada tiap proporsinya :